Bagaimana Cara Identifikasi dan Evaluasi Risiko dalam Laboratorium

Identifikasi dan evaluasi risiko merupakan proses krusial bagi laboratorium untuk memastikan bahwa operasi berjalan dengan lancar dan hasil yang dihasilkan tetap valid serta akurat. Dalam konteks laboratorium, risiko dapat muncul dari berbagai sumber, seperti peralatan, bahan kimia, metode pengujian, lingkungan kerja, serta kompetensi personel. Memahami dan mengelola risiko ini membantu laboratorium mencegah kegagalan, menjaga keselamatan, dan meningkatkan efisiensi.

Artikel ini akan membahas langkah-langkah utama dalam identifikasi dan evaluasi risiko di laboratorium, serta pendekatan yang dapat diadopsi untuk memitigasi risiko tersebut.

1. Pengertian Risiko dalam Laboratorium

Risiko adalah segala sesuatu yang berpotensi mengganggu atau mempengaruhi kemampuan laboratorium untuk menghasilkan hasil yang dapat diandalkan. Risiko di laboratorium bisa muncul dari berbagai sumber, seperti:

  • Peralatan: Risiko terkait kerusakan, kalibrasi yang tidak akurat, atau kegagalan peralatan.
  • Metode: Risiko bahwa metode pengujian yang digunakan mungkin tidak sesuai untuk tujuan atau tidak divalidasi dengan baik.
  • Lingkungan: Kondisi lingkungan yang tidak sesuai, seperti suhu, kelembapan, atau ventilasi yang dapat mempengaruhi hasil pengujian.
  • Sumber daya manusia: Kurangnya kompetensi atau ketidaktahuan staf terhadap prosedur keselamatan dan operasional.

2. Langkah-langkah Identifikasi Risiko di Laboratorium

Proses identifikasi risiko adalah langkah awal yang penting untuk menemukan potensi masalah sebelum risiko tersebut menyebabkan gangguan. Langkah-langkah ini termasuk:

a. Melakukan Brainstorming dengan Tim

Melibatkan seluruh staf laboratorium dalam proses brainstorming adalah cara yang efektif untuk mengidentifikasi risiko potensial. Setiap individu mungkin memiliki perspektif yang berbeda berdasarkan pengalaman mereka sehari-hari. Proses ini meliputi:

  • Diskusi mengenai risiko dari pengalaman pribadi.
  • Mengumpulkan umpan balik dari berbagai departemen atau divisi.

b. Menggunakan Daftar Periksa (Checklist)

Membuat daftar periksa yang mencakup semua aspek operasional laboratorium, seperti peralatan, bahan, prosedur, dan lingkungan, adalah cara yang efisien untuk memastikan tidak ada potensi risiko yang terlewatkan. Daftar ini bisa didasarkan pada standar seperti ISO/IEC 17025 atau panduan keselamatan yang relevan.

c. Menganalisis Data Kinerja Sebelumnya

Melakukan analisis terhadap data kinerja laboratorium di masa lalu juga bisa membantu dalam identifikasi risiko. Misalnya, catatan kegagalan alat, kesalahan pengujian, atau kecelakaan di laboratorium dapat memberikan wawasan tentang potensi risiko yang mungkin muncul kembali di masa depan.

d. Melakukan Observasi di Lapangan

Seringkali, beberapa risiko hanya bisa diidentifikasi dengan melakukan observasi langsung di laboratorium. Mengamati bagaimana staf bekerja, bagaimana peralatan digunakan, serta kondisi lingkungan akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang risiko yang mungkin terjadi.

3. Evaluasi Risiko di Laboratorium

Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi setiap risiko berdasarkan probabilitas terjadinya dan dampak yang ditimbulkannya jika risiko tersebut terjadi. Evaluasi ini akan membantu laboratorium menentukan prioritas risiko mana yang perlu mendapatkan perhatian lebih besar.

a. Menilai Probabilitas Risiko

Laboratorium perlu menilai seberapa sering risiko tersebut dapat terjadi. Risiko dengan probabilitas tinggi akan lebih membutuhkan penanganan segera dibandingkan dengan risiko yang kemungkinan terjadi lebih jarang. Skala yang digunakan biasanya terdiri dari:

  • Rendah: Sangat jarang terjadi.
  • Sedang: Mungkin terjadi dalam kondisi tertentu.
  • Tinggi: Sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat.

b. Menilai Dampak Risiko

Selain probabilitas, laboratorium harus menilai dampak dari risiko tersebut terhadap operasional laboratorium dan kualitas hasil pengujian. Dampak ini bisa berupa:

  • Kualitas hasil pengujian: Risiko yang mengakibatkan hasil pengujian tidak valid atau akurat.
  • Keselamatan staf: Risiko yang menyebabkan cedera atau bahaya bagi pekerja.
  • Gangguan operasional: Risiko yang menyebabkan penundaan, peningkatan biaya, atau gangguan terhadap proses.

Evaluasi dampak juga dapat dibagi menjadi kategori:

  • Rendah: Dampaknya minimal dan dapat diatasi dengan mudah.
  • Sedang: Dampak yang memerlukan waktu atau biaya untuk diperbaiki.
  • Tinggi: Dampak signifikan yang dapat mengganggu seluruh operasional laboratorium.

c. Matriks Risiko

Setelah probabilitas dan dampak ditentukan, laboratorium dapat menggunakan matriks risiko untuk menggabungkan keduanya. Matriks ini membantu dalam menentukan risiko mana yang memiliki prioritas tertinggi. Misalnya, risiko dengan probabilitas tinggi dan dampak besar akan ditempatkan pada kategori risiko kritis, sedangkan risiko dengan probabilitas rendah dan dampak kecil akan dikategorikan sebagai risiko rendah.

4. Strategi Mitigasi Risiko

Setelah evaluasi risiko dilakukan, laboratorium harus mengembangkan rencana untuk mengurangi atau menghilangkan risiko tersebut. Beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah:

  • Pengendalian teknis: Misalnya, melakukan pemeliharaan rutin pada peralatan untuk mengurangi risiko kerusakan.
  • Pelatihan staf: Meningkatkan kompetensi staf dalam prosedur pengujian dan keselamatan untuk mengurangi risiko dari kesalahan manusia.
  • Perbaikan prosedur: Memperbarui prosedur operasional standar (SOP) untuk memperhitungkan risiko yang teridentifikasi.

5. Pemantauan dan Tinjauan Risiko

Manajemen risiko bukanlah proses satu kali. Laboratorium harus secara berkala meninjau dan memantau risiko yang telah diidentifikasi serta tindakan mitigasi yang diterapkan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa risiko tetap terkendali dan tidak muncul risiko baru yang belum diidentifikasi sebelumnya.

6. Contoh Risiko dalam Laboratorium

  • Kerusakan peralatan: Risiko alat kalibrasi yang tidak terkalibrasi dengan baik, yang dapat menghasilkan data yang tidak akurat.
  • Paparan bahan kimia berbahaya: Risiko paparan staf terhadap bahan kimia yang berpotensi berbahaya jika tidak ditangani dengan benar.
  • Human error: Risiko kesalahan manusia dalam pengambilan sampel atau pengolahan data pengujian yang dapat merusak validitas hasil.

7. Kesimpulan

Identifikasi dan evaluasi risiko di laboratorium adalah proses penting untuk menjaga keselamatan, efisiensi, dan keandalan hasil pengujian. Dengan menerapkan proses identifikasi yang sistematis, melakukan evaluasi risiko berdasarkan probabilitas dan dampak, serta mengembangkan rencana mitigasi yang tepat, laboratorium dapat mencegah terjadinya gangguan dan memastikan bahwa hasil yang dihasilkan tetap berkualitas tinggi dan dapat dipercaya.

Pendekatan berbasis risiko ini juga membantu laboratorium dalam memenuhi persyaratan standar internasional seperti ISO 17025, serta meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap layanan pengujian yang diberikan.

MK Academy Keliling Indonesia

Kami MK Academy Menyelenggaran Pelatihan di Kota Jakarta, Secara Rutin, Silahkan hubungi kami di 081288292374 dan 081315178523 (Telepon/Wa) 

Alamat MK Academy

MK Academy – Gedung Graha Pool, Jl Merdeka No 110 Kota Bogor
Whatsapp/HP 0813-1517-8523 | Telp 0251 8570150
Email : info@mktraining.co.id | info@mkacademy.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Hai Sahabat! Kami Siap Membantu