Di era globalisasi dan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap keberlanjutan (sustainability), produk kehutanan dari suatu negara tidak hanya dinilai dari kuantitas dan harga, tetapi juga dari aspek legalitas, keberlanjutan hutan, serta jejak rantai pasok yang jelas. Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil utama produk kehutanan seperti pulp-kertas, kayu olahan, furnitur dan panel kayu, menghadapi tantangan agar produknya diterima di pasar internasional yang semakin menuntut standar tinggi.
Sertifikasi internasional menjadi salah satu “paspor” agar produk kehutanan Indonesia dapat memperoleh akses dan kepercayaan di pasar global. Salah satu skema yang diterapkan adalah PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification), melalui badan nasional IFCC yang telah di-endorse.
Kerangka Sertifikasi PEFC di Indonesia
Pada Oktober 2014, IFCC memperoleh endorsement dari PEFC sebagai sistem nasional sertifikasi hutan lestari di Indonesia. Dengan endorsement ini, produk-hasil hutan yang dikelola di bawah skema IFCC/PEFC mendapat pengakuan internasionaI. Luas hutan yang telah tersertifikasi IFCC/PEFC hingga Maret 2021 mencapai lebih dari 3,9 juta hektar, melibatkan 74 perusahaan pengelola hutan dan 40 perusahaan yang memiliki sertifikasi rantai suplai (chain of custody) PEFC. Dari implementasi ini pula, perusahaan-besar seperti Asia Pulp & Paper Group (APP) dan Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) menjadi pelopor memperoleh sertifikat IFCC/PEFC.
Dampak terhadap Daya Saing Ekspor
Beberapa dampak penting dari sertifikasi PEFC/IFCC terhadap daya saing ekspor Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Akses ke Pasar Global yang Lebih Luas
Sertifikasi PEFC menjadi jaminan bagi pembeli internasional bahwa produk kehutanan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari dan dapat dilacak (chain-of-custody). Sebagai contoh, laporan menyebut bahwa dengan berbekal sertifikasi PEFC/IFCC, ekspor produk kehutanan Indonesia berpotensi meningkat sekitar US$ 1 — 1,5 miliar per tahun dari angka ekspor saat itu sekitar US$ 5 miliar per tahun. Dengan demikian, sertifikasi tersebut membuka peluang penetrasi ke pasar di Eropa, Amerika Utara, Jepang dan Australia yang semakin mensyaratkan produk bersertifikat lestari.
2. Meningkatkan Kepercayaan dan Reputasi Produk Indonesia
Produk bersertifikat PEFC/IFCC memberikan sinyal kepada konsumen dan buyer bahwa bahan baku telah dikelola secara bertanggung-jawab. Sebagai contoh, APP menyatakan bahwa sertifikasi meningkatkan akses bahan baku bersertifikat lokal dan mengurangi ketergantungan pada bahan impor, serta menambah keyakinan pelanggan. Reputasi ini penting karena dalam rantai pasok global, buyer institusional lebih memilih pemasok dengan sertifikasi keberlanjutan yang diakui.
3. Efisiensi Rantai Suplai dan Hilirisasi
Dengan adanya sertifikasi rantai suplai (chain-of-custody) PEFC, perusahaan Indonesia dapat mengoptimalkan sumber bahan baku bersertifikat dari dalam negeri, sehingga memperkuat posisi dalam rantai nilai internasional. Misalnya, APRIL Group telah memperoleh sertifikasi pengelolaan hutan dan rantai suplai, yang membantu mereka meningkatkan daya tawar dan penetrasi pasar. Hal ini juga mendukung strategi hilirisasi produk kehutanan (value‐addition) yang semakin penting untuk daya saing ekspor.
4. Kepatuhan terhadap Kebijakan dan Regulasi Internasional
Pasar ekspor kini memiliki regulasi yang semakin ketat terkait legalitas kayu, deforestasi, dan jejak rantai pasok. Indonesia telah menerapkan sistem legalitas kayu (SVLK) dan mengintegrasikan dengan skema sukarela seperti PEFC. Dalam buletin Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan disebut bahwa skema PEFC merupakan salah satu peluang untuk memenuhi permintaan pasar global yang mensyaratkan bahan baku bersertifikat. Keunggulan ini menjadikan sertifikasi sebagai alat mitigasi risiko non-tarif (misalnya penolakan produk atau hambatan impor) dan sebagai faktor pembeda kompetitif.
Tantangan dan Catatan Penting
Meskipun manfaatnya signifikan, terdapat beberapa tantangan yang harus diperhatikan:
- Biaya dan Kapasitas Sertifikasi: Biaya sertifikasi untuk perusahaan dapat bervariasi besar dan menjadi beban terutama untuk industri kecil dan menengah.
- Skala dan Distribusi Sertifikasi: Meskipun telah mencapai jutaan hektar, masih banyak area hutan dan pelaku industri yang belum tersertifikasi atau berada dalam rantai suplai yang belum sepenuhnya tertata.
- Penerapan di Industri Hilir: Untuk mencapai dampak penuh terhadap ekspor, tidak hanya hulu (pengelolaan hutan) yang harus bersertifikasi, tetapi seluruh rantai suplai hingga produk akhir harus memenuhi persyaratan keberlanjutan dan jejak rantai pasok.
- Konsistensi Standar dan Verifikasi: Kepercayaan pasar internasional sangat tergantung pada kredibilitas sertifikasi dan audit pihak ketiga yang independen. Endorsement PEFC terhadap IFCC membantu Indonesia meningkatkan kredibilitas ini.
Kesimpulan
Sertifikasi PEFC melalui IFCC memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat daya saing ekspor produk kehutanan Indonesia. Dengan membuka akses ke pasar global, meningkatkan kepercayaan pembeli, mendukung hilirisasi, dan membantu kepatuhan terhadap regulasi internasional, skema ini menjadi salah satu instrumen strategis dalam upaya pengembangan ekspor kehutanan Indonesia. Namun demikian, untuk mencapai potensi penuh manfaatnya, perlu ada perluasan jangkauan sertifikasi, penguatan kapasitas industri kecil dan menengah, serta konsistensi dalam penerapan rantai suplai yang berkelanjutan.
Dengan demikian, bagi para pelaku industri kehutanan di Indonesia—baik hulu maupun hilir—mengadopsi sertifikasi PEFC/IFCC bukan hanya sebagai kewajiban regulasi atau persyaratan pasar, tetapi sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan daya saing dan keberlanjutan bisnis ekspor.
Referensi
- Indonesia celebrates its first PEFC-certified forests. PEFC International.
- Lebih dari 3,9 juta hektar lahan hutan telah tersertifikasi IFCC dan PEFC. IFCC-KSK.
- Bersertifikasi PEFC/IFCC Ekspor Produk Kehutanan Berpotensi Naik US$ 1 Miliar Per Tahun. IFCC News.
- Indonesian forests to benefit from PEFC certification. PEFC International.
- PEFC apresiasi Indonesia utamakan perdagangan produk hutan lestari. Antara News.
- Buletin PHL Edisi X (2022). Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan.
