Training
Perubahan Iklim dan Variasi Topografi Mempengaruhi Infestasi? Apa Kata Sains?

Dampak Lingkungan Tak Terbantahkan

Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan iklim menjadi perhatian utama dunia. Pemanasan global, perubahan pola curah hujan, hingga pergeseran musim semuanya bukan hanya berdampak pada ekosistem secara umum, tapi juga meningkatkan potensi infestasi organisme pengganggu, seperti serangga, hama tanaman, bahkan penyakit zoonosis.

Salah satu faktor kunci yang sering diabaikan adalah topografi wilayah bentuk permukaan bumi seperti dataran rendah, pegunungan, atau Lembah yang ternyata ikut memengaruhi distribusi infestasi akibat perubahan iklim.

Bagaimana Perubahan Iklim Memicu Infestasi?

Perubahan iklim menciptakan lingkungan baru yang lebih menguntungkan bagi organisme pengganggu. Misalnya:

  • Suhu meningkat → mempercepat siklus hidup serangga.
  • Curah hujan berubah → menciptakan habitat baru seperti genangan air untuk nyamuk.
  • Musim tanam bergeser → membuat tanaman lebih rentan terhadap serangan hama.

Contoh nyata: Serangan ulat grayak di beberapa wilayah tropis meningkat akibat suhu yang lebih hangat dan musim hujan yang lebih panjang.

Variasi Topografi: Faktor Kunci Distribusi Infestasi

Topografi menentukan mikroklimat di suatu wilayah. Hal ini penting karena:

  • Wilayah dataran rendah cenderung lebih panas dan lembap → cocok untuk populasi hama tropis seperti wereng dan nyamuk.
  • Wilayah pegunungan memiliki suhu lebih rendah → dulunya aman, tapi kini mulai terancam karena hama bermigrasi ke atas mengikuti pemanasan global.
  • Lembah bisa menjadi tempat berkumpulnya kelembapan dan genangan air → meningkatkan risiko infestasi jamur dan nyamuk.

Studi dan Data Pendukung

Sebuah laporan dari FAO (Food and Agriculture Organization) menyebutkan bahwa perubahan iklim berpotensi meningkatkan frekuensi dan intensitas serangan hama di sektor pertanian. Sementara itu, studi dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menunjukkan bahwa serangga kini ditemukan di area yang sebelumnya tidak mereka huni karena suhu yang menghangat.

“Climate change will alter the geographic and temporal distribution of pests and diseases, challenging current pest management strategies.” FAO, 2021

Implikasi Global & Lokal

  • Global: Krisis pangan karena gagal panen akibat infestasi yang meluas.
  • Lokal: Perubahan pola tanam, kebutuhan pestisida meningkat, kerugian ekonomi petani.

Indonesia, sebagai negara tropis dengan keragaman topografi yang tinggi, sangat rentan terhadap fenomena ini. Oleh karena itu, perlu strategi adaptasi lintas sektor, mulai dari edukasi petani, kebijakan lingkungan, hingga pengembangan teknologi monitoring hama berbasis AI & IoT.

Apa Solusinya?

  1. Monitoring berbasis data iklim & topografi.
  2. Pengembangan tanaman tahan hama & penyakit.
  3. Edukasi petani & pelatihan berbasis wilayah.
  4. Penguatan kebijakan mitigasi perubahan iklim.

Saatnya Bergerak

Perubahan iklim dan variasi topografi bukan hanya isu akademik—mereka nyata dan berdampak langsung pada kehidupan. Ketika keduanya bergabung, efeknya terhadap infestasi bisa menjadi serius. Maka dari itu, kolaborasi lintas disiplin adalah kunci untuk menjaga ketahanan ekosistem dan pangan di masa depan. 

Sumber Referensi:

  • FAO. (2021). The Impact of Disasters and Crises on Agriculture and Food Security.
  • IPCC. (2022). Climate Change 2022: Impacts, Adaptation and Vulnerability.
  • Gutiérrez, A.P. et al. (2020). Climate change effects on pest dynamics. Science of The Total Environment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *